SURABAYA INSIDER - Tradisi kesenian Kuda Menari cukup dikenal di wilayah bahkan jadi ikon budaya di beberapa daerah di Jawa Timur.
Akan tetapi tahukah kalian, meski tradisi ini cukup unik dan menghibur, ternyata di balik sejarahnya ada tragedi tragis antara seekor jaran dan rombongan kerajaan.
Semula rombongan kerajaan ini ingin pergi ke suatu kawasan daerah atas perintah raja untuk memberi kabar ke kerabat dan saudaranya bahwa salah satu wilayah kesultanan di Jawa terbelah dua.
Baca Juga: Kemilau keberuntungan: Ramalan zodiak Taurus mengungkap rahasia sukses pada tanggal 29 Mei 2023
Namun kuda yang ditunggangi itu sebelum sampai di wilayah yang dituju tiba-tiba melakukan pemberontakan. Kuda ini pun terpaksa harus ditinggal untuk didiamkan dan ditenangkan.
Setelah rombongan kerajaan melanjutkan perjalanan, kuda tersebut ternyata berhasil didiamkan dan ditenangkan. Alhasil sang kuda pun bisa berantraksi dan menghibur warga.
Peristiwa ini terjadi pada tahun 1755 kala rombongan kerajaan berasal dari dan atas perintah Raja Ponorogo Bathara Katong untuk pergi ke wilayah Bali menemui kerabat dan saudaranya sebagai satu keturunan Majapahit.
Selain itu, rombongan ini diperintahkan untuk memberi kabar jika kesultanan Mataram terbagi dua yakni Yogyakarta dan Surakarta.
Rombongan diberi bekal memakai kuda yang berbaju besi atau seragam zirah. Tujuan lain kuda ini untuk dipersembahkan sebagai pewayangan sebagaimana adat Bali.
Akan tetapi di tengah perjalanan sampai di Lumajang, kuda ini melakukan pemberontakan hebat kesana kemari dan menendang-nendang untuk melawan rombongan.
Baca Juga: Melangkah menjelajahi misteri cinta dan karir: Ramalan zodiak Scorpio untuk 29 Mei 2023
Tragedi ini membuat warga di sekitar kejadian ketakutan, sebab pertikaian rombongan kerajaan dan seorang jaran benar-benar tidak bisa dielakkan.
Sebagai solusinya, rombongan ini kemudian memutuskan kuda dan beberapa penjaga yang ditugaskan untuk tetap tinggal di Lumajang dengan tujuan menenangkan kuda, sedangkan rombongan lain tetap melanjutkan perjalanan.
Artikel Terkait
Aktivis Nahdliyin luruskan pidato Sultan Jogja soal dua kerajaan jawa bawahan khilafah utsmani
Sultan Jogja akui belum ada bukti dua kerajaan di jawa bawahan khilafah utsmani
Dapat julukan sultan Andara, inilah deretan sumber kekayaan Raffi Ahmad
Ceramah perdana ustaz Hanan Attaki, beginilah cerita prosesnya masuk NU! cek selengkapnya
Asal mula lahirnya Kuda Menari, tragedi jaran berontak rombongan raja, mengamuk tak mau masuk daerah ini